Pukul 6.30 WITA ketika udara serasa dingin dan matahari tampak malu-malu menampakkan sinarnya di hari Minggu, 11 November 2007, terdengar sangat jelas suara Neng-Neng tanda pemuda ST Astiti Dharma (STAD) harus segera bersiap-siap memulai hari gotong royong. Gotong royong kali ini lain dari biasanya karena untuk pertama kalinya, 30 orang anggota STAD dan 30 orang Undagi (Ahli bangunan) yang ada di Banjar Dlodpangkung bersatu, bahu membahu merenovasi lapangan bola voli di Banjar Dlodpangkung menjadi lapangan serba guna.
Sebelum kegiatan gotong royong berlangsung, terlebih dahulu para panitia menghaturkan rarapan dan banten saiban (sesajen), memohon kepada Hyang Widhi agar kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar sesuai harapan.
Tepat pukul 08.00 WITA, setelah menikmati segelas kopi hitam dan jajanan Bali, para pemuda dan Undagi bergegas memulai gotong royong. Deru debu suara satu unit molen (alat pencampur semen dan pasir) memecahkan keheningan pada pagi hari itu. Sekop demi sekop pasir dan semen (disebut luluh) memenuhi mulut molen yang telah diisi air. Campuran pertama ditumpahkan pada 7 glindingan yang telah mengantre. Para undagi yang ambil bagian ngecor dan mlester dengan sigap menerima luluh-luluh tersebut.
Ternyata tak hanya alat pencampur modern yang dikerahkan, sistem manual dengan cangkul dan sekop juga dikerahkan untuk mencampur semen dan pasir di atas aspal. Tetapi cuaca mulai mengkhawatirkan karena mendung begitu gelap. Para panitia bergegas mencari terpal untuk jaga-jaga jika berkah hujan turun menyapa lapangan. Semua berharap hujan hanya sekedar menyapa tak berlangsung lama dan itu pun terwujud. Matahari yang tadinya malu-malu, mulai menampakkan sinar hangatnya.
Tua muda kembali semangat bekerja, namun lelah tak bisa tertutupi, ketika beberapa sudah mulai menikmati rokok dan seteguk minuman berenergi. Hal itu tak berlangsung lama, karena target setengah hari (sampai jam 11 siang) harus sudah selesai ngecor tahap I. Tak terasa pukul 11 mulai merangkak, 30 sak semen serta 2 truk pasir sudah berubah menjadi benda keras melapisi seluruh lapangan.
Tepat pukul 11.00 WITA, para pemuda dan Undagi dipersilahkan untuk menikmati Nasi Bira (Nasi kuning) dan Nasi goreng yang telah disiapkan panitia. Setelah santap siang, para pemuda dan undagi beristirahat sejenak sambil menikmati rokok, segelas kopi hitam dan jajanan.
Jam menunjukkan pukul 12.30 WITA. Molen pun kembali beraksi dengan suara khasnya. Beberapa pentolan Undagi menyarankan kepada panitia untuk menambah pasokkan pasir terutama pasir halus untuk melapisi bagian atas lapangan. Begitu juga pasokkan semen sebagai pasangan paling serasi bagi pasir halus tersebut. Perkiraan awal hanya akan menghabiskan 10 sak semen dan 4 colt pasir halus saja, namun ternyata membengkak menjadi 27 sak semen dan 5 colt pasir halus. Ini terjadi demi daya tahan dan hasil terbaik. Kelebihan material pun dapat dialokasikan untuk mlester sebagian Jaba Pura Ratu Sakti. Sehingga, mengurangi terjadinya becek pada saat turun hujan nanti.
Selama proses tahap II berlangsung, tenaga dibagi tiga, spesial mencampur luluh, mlester lapangan dan memindahkan dua tiang listrik tak terpakai ke pinggir lapangan yang rencananya akan diintegrasikan dengan lampu untuk menerangi lapangan di malam hari. Pemindahan tiang listrik cukup alot dan melibatkan sebuah tangga bambu, tapi akhirnya keduanya berhasil dipindahkan. Sebelum dipancangkan kembali, sebuah tiang terpaksa harus digotong ke tukang las 100 meter dari lapangan karena mengalami kropos dan berlubang pada bagian pangkalnya.
Tepat pukul 17.00 WITA, pengerjaan lapangan serba guna telah usai dan disambut dengan keceriaan. 60 bungkus nasi campur lezat kembali menyapa sebagai tanda usainya gotong royong. Rencananya, minggu depan lapangan akan diupacarai dengan upacara Bhuta Yadya, yaitu Pecaruan. Tujuan upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur kehadapan Hyang Widhi karena suksesnya renovasi lapangan. Kini, Banjar Dlodpangkung telah memiliki sebuah lapangan serba guna. Semoga dengan kehadiran lapangan ini dapat meningkatkan kreativitas olahraga dan seni Banjar Dlodpangkung. (Pande Surya)